bengkelpintar – Di tengah sepinya jalanan saat malam hari, deru mesin dan suara ketukan logam masih terdengar dari sebuah bengkel kecil di pinggir kota. Bengkel itu milik Topa Gondrong, seorang montir yang dikenal warga karena selalu siap membantu kapan pun kendaraan bermasalah—bahkan hingga dini hari. Dengan rambut gondrongnya yang menjadi ciri khas, Topa bukan sekadar montir biasa; ia menjadi penolong banyak pekerja malam yang menggantungkan harapan pada kendaraannya untuk mencari nafkah.
1. Bengkel yang Tak Pernah Tidur
Berlokasi di kawasan perbatasan antara kota dan kabupaten, bengkel milik Topa buka sejak sore hingga menjelang subuh. Waktu operasional yang tak lazim ini justru membuatnya populer di kalangan sopir angkot, ojek malam, hingga petugas keamanan yang bekerja hingga larut.
“Kalau siang, bengkel lain banyak yang buka. Tapi malam hari, siapa yang mau nolong kalau motor mogok?” ujar Topa dengan nada santai. Dari sinilah ide membuka “bengkel malam” muncul. Ia mengaku terbiasa begadang, sehingga pekerjaan di malam hari bukan masalah baginya.
2. Pelanggan dari Berbagai Kalangan
Hampir setiap malam, bengkel sederhana itu tidak pernah sepi. Ada yang datang karena ban kempis, rantai lepas, hingga mesin tiba-tiba mati. Beberapa pengemudi ojek daring bahkan sudah menjadi pelanggan tetap.
“Topa orangnya cepat tanggap. Kadang jam dua pagi pun dia masih mau bantu,” kata Andri, salah satu pelanggan yang sering memperbaiki motornya di sana.
Selain pekerja malam, mahasiswa dan warga sekitar juga sering memanfaatkan jasanya, terutama mereka yang butuh kendaraan siap pakai untuk beraktivitas pagi hari. Bengkel ini menjadi semacam tempat persinggahan, bukan hanya untuk memperbaiki kendaraan, tapi juga untuk sekadar beristirahat sambil menyeruput kopi panas.
3. Dari Hobi Jadi Sumber Penghidupan
Topa mulai mengenal dunia otomotif sejak remaja. Ia belajar secara otodidak, membantu teman-temannya memperbaiki motor di garasi rumah. Lambat laun, kemampuannya semakin terasah. Setelah bekerja di bengkel besar selama beberapa tahun, ia memutuskan membuka usaha sendiri.
“Awalnya cuma buka siang, tapi sepi. Begitu coba buka malam, malah ramai terus,” kenangnya sambil tertawa.
Bagi Topa, bengkel bukan sekadar tempat kerja, tapi ruang berbagi cerita dan rezeki. Ia sering memberi potongan harga atau bahkan memperbaiki kendaraan gratis bagi pelanggan yang kesulitan keuangan. Prinsipnya sederhana: “Rezeki nggak bakal ke mana, asal kita tulus bantu orang.”
4. Tantangan di Tengah Malam
Bekerja hingga dini hari tentu bukan tanpa risiko. Topa kerap menghadapi cuaca ekstrem, dari hujan deras hingga angin dingin. Kadang, listrik padam di tengah perbaikan, membuatnya harus mengandalkan lampu senter atau cahaya dari motor pelanggan.
Belum lagi ancaman keamanan. Meski begitu, Topa tetap bertahan karena merasa dibutuhkan. Ia bahkan memasang kamera kecil dan bekerja bersama seorang teman untuk berjaga-jaga. “Capek iya, tapi puas kalau bisa nolong orang yang terjebak di jalan malam-malam,” katanya dengan senyum tulus.
5. Sosok Sederhana, Penggerak Ketulusan
Bagi warga sekitar, Topa bukan hanya tukang bengkel, tapi simbol kerja keras dan keikhlasan. Ia dikenal ramah dan jarang marah, bahkan ketika pelanggan datang dalam keadaan panik. Banyak yang kagum pada dedikasinya yang tak kenal waktu.
“Dia itu bukan cuma memperbaiki motor, tapi juga membantu orang bisa melanjutkan hidupnya,” ujar seorang pelanggan setia.
Kini, nama “Bengkel Malam Topa Gondrong” sudah dikenal luas, bahkan di media sosial lokal. Meski belum memiliki papan nama besar atau fasilitas lengkap, bengkel kecil itu tetap berdiri dengan cahaya lampu seadanya, menjadi saksi kerja keras seorang pria yang tak mengenal lelah demi menolong sesama.

