bengkelpintar – Penggunaan bahan bakar campuran etanol kini mulai menjadi sorotan seiring meningkatnya perhatian terhadap energi ramah lingkungan. Di tengah kekhawatiran masyarakat soal dampak etanol terhadap performa mesin, para pakar otomotif menegaskan bahwa BBM campur etanol aman digunakan, terutama untuk mobil-mobil modern yang sudah memiliki sistem pembakaran canggih.
Program pencampuran etanol ke bahan bakar, atau yang dikenal sebagai bioetanol blend, menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Meski masih dalam tahap pengembangan di Indonesia, berbagai negara telah lebih dulu menerapkannya dengan hasil positif.
1. Mesin Modern Sudah Siap dengan Campuran Etanol
Menurut para pakar teknik mesin, mobil keluaran lima hingga sepuluh tahun terakhir umumnya sudah dilengkapi dengan sistem Electronic Fuel Injection (EFI) dan sensor oksigen yang mampu menyesuaikan rasio udara dan bahan bakar secara otomatis.
“Mobil modern dirancang agar bisa beradaptasi dengan bahan bakar campuran, termasuk etanol hingga kadar tertentu,” ujar seorang dosen teknik otomotif di Jakarta. Dengan teknologi ini, pembakaran tetap optimal meskipun kandungan etanol mencapai 10–20 persen.
2. Etanol Justru Bantu Pembakaran Lebih Bersih
Etanol memiliki angka oktan lebih tinggi dibandingkan bensin biasa, yang berarti proses pembakaran dapat berlangsung lebih sempurna.
“Dengan etanol, residu karbon berkurang dan mesin menjadi lebih bersih,” jelas seorang peneliti energi terbarukan.
Selain itu, etanol juga membantu menurunkan emisi gas buang seperti karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon yang tidak terbakar. Hasilnya, selain lebih ramah lingkungan, performa mesin pun bisa terasa lebih ringan saat berakselerasi.
3. Tantangan: Kandungan Air dan Material Lama
Meski aman bagi mobil modern, penggunaan BBM campur etanol tetap memiliki tantangan, terutama pada kendaraan lama yang masih menggunakan sistem karburator.
Etanol bersifat higroskopis—mudah menyerap air—yang jika dibiarkan dapat menimbulkan korosi pada tangki atau komponen logam.
Oleh karena itu, para ahli menyarankan pemilik mobil keluaran lama untuk lebih sering memeriksa sistem bahan bakar dan menggunakan aditif pelindung bila menggunakan campuran etanol dalam jangka panjang.
4. Dukungan Regulasi dan Infrastruktur Penting
Agar penerapan bioetanol berjalan sukses, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan industri otomotif.
Kebijakan yang jelas mengenai standar campuran (seperti E10 atau E20) serta penyediaan infrastruktur distribusi menjadi kunci utama.
“Kalau suplai dan standarnya seragam, produsen mobil pun bisa menyesuaikan spesifikasi mesin dari pabrikan,” ujar seorang analis industri energi. Dengan regulasi yang konsisten, transisi menuju bahan bakar rendah emisi bisa berjalan tanpa menimbulkan kebingungan di masyarakat.
5. Potensi Besar untuk Kemandirian Energi Nasional
Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang bisa digunakan untuk memproduksi etanol, mulai dari tebu, singkong, hingga limbah pertanian.
Pakar energi menilai bahwa produksi bioetanol dalam negeri bukan hanya langkah ramah lingkungan, tetapi juga strategi menuju kemandirian energi nasional.
Jika dikembangkan secara serius, bioetanol berpotensi menekan impor BBM dan membuka peluang industri baru di sektor pertanian serta energi terbarukan.
Penutup
Perdebatan soal keamanan BBM campur etanol kini mulai terjawab. Dengan dukungan teknologi mesin modern dan standar distribusi yang tepat, penggunaan etanol justru bisa menjadi langkah maju bagi industri otomotif dan energi Indonesia.
Bagi para pengguna mobil keluaran baru, tak perlu khawatir — bahan bakar campuran ini aman, efisien, dan turut membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Sementara bagi bangsa Indonesia, bioetanol membuka peluang besar menuju masa depan energi yang mandiri dan berkelanjutan.

