bengkelpintar.org Suara gergaji dan ketukan palu menggema dari dalam area bengkel mebel Rumah Tahanan Negara (Rutan) Poso.
Di balik tembok pembatas itu, sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) terlihat tekun mengolah potongan kayu menjadi karya yang bernilai tinggi.
Dengan teliti, mereka mengukur, memotong, dan merangkai bahan baku menjadi berbagai perabot seperti meja, kursi, dan lemari.
Kegiatan ini bukan sekadar pengisi waktu selama menjalani masa hukuman.
Di tangan mereka, kayu bukan hanya menjadi benda, tetapi juga simbol harapan untuk kehidupan yang lebih baik setelah bebas nanti.
Melalui bengkel mebel, para Warga Binaan belajar arti kerja keras, kedisiplinan, dan kemandirian—nilai-nilai yang menjadi fondasi penting dalam pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
Pembinaan yang Menghasilkan Kemandirian
Program bengkel mebel Rutan Poso merupakan bagian dari pembinaan kemandirian yang dilaksanakan di bawah bimbingan petugas pembinaan.
Tujuannya bukan hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga menanamkan etos kerja, rasa tanggung jawab, dan kepercayaan diri bagi Warga Binaan.
Kepala Rutan Poso, Agung Sulistyo, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud komitmen lembaga pemasyarakatan dalam mendukung rehabilitasi sosial dan ekonomi bagi para penghuni rutan.
“Kami ingin agar mereka tidak hanya menjalani masa pidana, tetapi juga mendapatkan keterampilan nyata yang bermanfaat saat kembali ke masyarakat. Melalui bengkel mebel ini, mereka belajar disiplin, kerja sama, dan kemandirian,” ujarnya.
Program ini sejalan dengan semangat restorative justice, di mana pembinaan narapidana tidak lagi berfokus pada hukuman, tetapi juga pada pemulihan dan pemberdayaan individu.
Dengan keterampilan baru, mereka memiliki peluang lebih besar untuk diterima kembali oleh lingkungan sosial dan dunia kerja setelah bebas nanti.
Karya yang Bernilai dan Bermanfaat
Hasil karya dari bengkel mebel Rutan Poso tidak hanya menjadi bukti keberhasilan program pembinaan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan fungsional yang nyata.
Beberapa produk digunakan untuk kebutuhan internal rutan seperti meja kantor, kursi ruang tamu, dan lemari arsip.
Sebagian lainnya telah dipasarkan ke masyarakat sekitar dengan pengawasan ketat dari petugas pembinaan.
Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat bagi para Warga Binaan, tetapi juga memberikan kontribusi ekonomi bagi lembaga pemasyarakatan dan masyarakat lokal.
Penerimaan dari hasil penjualan sebagian dialokasikan kembali untuk mendukung kegiatan pelatihan, perawatan peralatan, serta tambahan modal bahan baku.
Melalui mekanisme ini, bengkel mebel Rutan Poso secara perlahan berkembang menjadi unit usaha mikro produktif yang dikelola secara profesional.
Sistem ini juga melatih Warga Binaan untuk memahami konsep dasar wirausaha, mulai dari pengelolaan stok bahan hingga penghitungan harga jual.
Kisah Perubahan dari Seorang Warga Binaan
Salah satu peserta program, seorang Warga Binaan berinisial MT, mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga dari kegiatan bengkel mebel ini.
“Awalnya saya ikut bengkel karena ingin punya kesibukan. Lama-lama saya suka, apalagi ketika lihat hasil kerja dipakai orang. Rasanya bangga dan percaya diri lagi,” ujarnya dengan senyum kecil.
MT menambahkan, kegiatan ini membantunya menemukan arti sabar dan kerja keras.
“Dari sini saya belajar kalau setiap pekerjaan butuh proses. Mudah-mudahan nanti setelah bebas, saya bisa kerja jujur dan mulai usaha sendiri dari nol,” tambahnya.
Cerita seperti MT bukanlah hal yang langka.
Banyak Warga Binaan yang merasa hidupnya lebih bermakna setelah mengikuti kegiatan produktif ini.
Mereka tidak lagi melihat masa tahanan sebagai hukuman semata, melainkan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Meningkatkan Kualitas dan Nilai Jual Produk
Untuk menjaga kualitas produk, Rutan Poso melibatkan petugas pembimbing teknis yang berpengalaman di bidang pertukangan.
Selain keterampilan dasar, para peserta juga diajarkan teknik finishing, penggunaan alat modern, serta desain perabot yang menyesuaikan tren pasar.
Pihak Rutan terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi melalui pelatihan lanjutan dan kerja sama dengan pihak luar.
Beberapa instansi pemerintah dan lembaga sosial telah menyatakan minat untuk membeli produk buatan Warga Binaan karena dinilai kuat, rapi, dan berkualitas tinggi.
Langkah ini sekaligus menjadi bentuk branding positif bagi lembaga pemasyarakatan.
Bahwa dari balik jeruji, masih lahir karya-karya bermanfaat yang dihasilkan dengan ketekunan dan niat tulus untuk berubah.
Dampak Sosial dari Program Bengkel Mebel
Program bengkel mebel di Rutan Poso memberikan dampak sosial yang signifikan.
Bagi para Warga Binaan, kegiatan ini menjadi media rehabilitasi psikologis yang membantu mengatasi stres dan rasa terisolasi selama masa hukuman.
Mereka kembali menemukan rasa percaya diri karena mampu menciptakan sesuatu yang nyata dan bermanfaat.
Bagi masyarakat sekitar, program ini menumbuhkan pandangan positif terhadap upaya pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
Interaksi antara petugas, Warga Binaan, dan masyarakat melalui kegiatan ekonomi ini membantu mengurangi stigma negatif terhadap mantan narapidana.
Selain itu, keberhasilan program ini menjadi inspirasi bagi rutan lain di Indonesia untuk mengembangkan kegiatan serupa di berbagai bidang seperti pertanian, kuliner, dan kerajinan tangan.
Penutup: Karya yang Lahir dari Harapan
Suara gergaji dan ketukan palu di bengkel mebel Rutan Poso kini bukan sekadar bunyi kerja, tetapi gema harapan.
Di antara serpihan kayu dan aroma serbuk, tumbuh semangat baru bagi para Warga Binaan untuk menebus masa lalu dengan karya nyata.
Program bengkel mebel menjadi bukti bahwa pembinaan di balik jeruji tidak hanya soal penegakan aturan, melainkan tentang memberi kesempatan kedua bagi mereka yang ingin berubah.
Dengan keterampilan, kemandirian, dan harapan baru, para Warga Binaan siap melangkah menuju kehidupan yang lebih baik—menjadi bagian masyarakat yang produktif, terampil, dan bermartabat.

Cek Juga Artikel Dari Platform kabarsantai.web.id
